Selasa, 21 Maret 2023

Garin Nugroho Membasuh Pikiran Masyarakat

oleh Fena Basafiana


 


        Bagi para pecinta film Indonesia, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok Garin Nugroho. Ia adalah sutradara dan penulis yang telah melahirkan banyak karya berupa film panjang, film pendek, dan buku. Satu karyanya yang sangat menarik perhatian saya adalah film Kucumbu Tubuh Indahku yang dirilis pada 2019 dan mendapat beberapa penghargaan impresif dalam berbagai kategori termasuk sutradara terbaik. Namun film tersebut sempat mengundang kontroversi bernuansa LGBT hingga pengajuan petisi untuk mengepung pemutaran film.

Perihal definisi kontroversi, ia dianggap sebagai perdebatan fenomenal yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang sedang hangat diperbincangkan dan menimbulkan pro dan kontra. Kontroversi yang terjadi dalam film Kucumbu Tubuh Indahku adalah ketidaksesuaiaan pola pikir masyarakat dalam menerima film tersebut. Garin mengisahkan tentang penari Lengger bernama Juno bahwa ia telah menemukan dirinya memahami keindahan hidup sebagai penari yang bisa berubah menjadi maskulin maupun feminim dalam satu tubuh. Dengan demikian, muncullah petisi agar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) segera memboikot pemutaran film tersebut.

Pengajuan petisi yang terlalu tergesa itu membuat saya menahan tawa. Terutama, masyarakat salah sasaran dalam menunjuk lembaga independen yang seharusnya diajukan kepada Sensor Film. Apalagi Garin memberi respons bahwa semestinya sebelum masuk ke ruang petisi, perlu adanya ruang diaolog bersama dirinya dan kru. Garin pun merasa prihatin atas penghakiman massal tanpa diiringi oleh penegakkan hukum berkeadilan sehingga melahirkan anarkisme massal. Alhasil, kondisi tersebut dapat meruntuhkan daya pikir terbuka dan daya kerja cipta serta melanggengkan bentuk diskriminasi dan kekerasan atas kehendak hidup manusia.

Merujuk pada latar belakang Garin, setelah menamatkan pendidikan S-1 Sinematografi di Institut Kesenian Jakarta, ia melanjutkan pendidikan S-2 Hukum di Universitas Indonesia, saya rasa ia memiliki acuan hukum yang lihai untuk menemaninya memasuki industri film Indonesia secara revolusioner. Apalagi melihat masyarakat konservatif yang mudah terbakar emosi jika ada hal di luar keyakinan tanpa mereka tinjau dan pahami terlebih dahulu.

Perkara masyarakat konservatif, mereka adalah seseorang atau sekelompok yang berusaha mempertahankan keadaan, sikap, dan tradisi yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Meskipun kita berada pada zaman modern, namun sikap konservatif tidak begitu saja dapat tertinggalkan. sesuatu yang dikhawatirkan adalah sikap konservatif tersebut dapat menyengsarakan manusia yang tidak sejalan dengan tradisi yang ada. Saya rasa, kita semua juga merasakannya bahwa sesuatu yang dapat merugikan bahkan meruntuhkan kemanusiaan tidak perlu dilestarikan. Salah satunya adalah pelabelan kodrat manusia.

Stereotipe masyarakat mengenai gender adalah laki-laki harus maskulin dan perempuan harus feminin. Hasil dari budaya konservatif yang telah mendarah daging, masyarakat cenderung mempersepsikan bahwa gender merupakan kodrat, padahal gender terbentuk melalui kostruksi sosial dan dapat dipertukarkan. Hanya jenis kelamin yang dapat diperlakukan sebagai kodrat.

Dalam film ini, Garin pun juga mengemukakan bahwa ia mengangkat kisah Rianto (seorang penari) tentang ketertarikannya terhadap unsur ketubuhan manusia. Bagi Rianto, tubuh adalah perpustakaan ingatan tentang sejarah manusia di mana di dalamnya terdapat pengalaman traumatis secara personal maupun sosial. Rianto juga menampilkan sifat ketubuhan manusia bahwa pada dasarnya satu manusia bisa menentukan sisi mana yang paling nyaman ia rasakan antara maskulin atau feminim. Ironinya, kondisi tersebut menciptakan pergolakan dari masyarakat. Sementara tubuh itu sendiri adalah medium dalam bernari sehingga Rianto menunjukkan kejujuran sifat tubuhnya saat menari.

Menilik latar belakang Rianto sebagai penari, ia menemukan tema ketubuhan dari Tari Lengger Lanang khas Banyumas-Jawa Tengah. Lengger lanang adalah tarian dengan gerak feminin dan maskulin yang ditarikan oleh lelaki. Sejak kecil Rianto sudah jatuh hati pada dunia tari. Hal tersebut membuatnya dicap sebagai “banci” sejak di Sekolah Dasar. Memori traumatis itu membekas dan terekam dalam tubuhnya sebagai perjalanan hidup. Namun untungnya, usaha panjang Rianto menjadikannya sukses sebagai penari profesional di Jepang dan ranah internasional.

            Film ini menayangkan sosok lelaki yang memiliki sisi feminitas dalam dirinya yang datang dari perjalanan hidup traumatisnya. Selain menari, Juno sebagai tokoh utama ditampilkan sering melakukan kegiatan domestik seperti memasak, menjahit, menyetrika baju dan sebagainya. Perawakannya juga tampak lembut dan gemulai yang makin mengentalkan sisi feminim. Penggambaran tersebut meresahkan masyarakat konservatif yang menganggap bahwa karya ini dapat memicu kebebasan seorang anak dalam memilih identitas gendernya.

Secara progresif, Garin mencoba merobohkan hirarki budaya tersebut. ia merepresentasikan Rianto dalam Juno dengan sosok yang dikira menentang kodrat manusia. Lewat filmnya, Garin menegaskan bahwa dalam identitas gender tidak semua manusia sepakat atas peranan gender yang tipikal dalam masyarakat. Penukaran gender pada jenis kelamin tertentu pun tidak berarti mengubah kedudukan dan kodrat manusia itu sendiri.

Garin, dalam mengamini pernyataan Rianto, memberitahu bahwa kita sebagai manusia tidak pernah bisa lepas dari kesalahan dan kejadian traumatis, entah itu datang pada masa kecil atau dewasa. Namun hal pasti yang perlu manusia sadari adalah menerima diri dan isinya sebagai bentuk dari perwujudan kebesaran sang pencipta. Layaknya penggambaran Rianto mengenai tubuh bahwa ia adalah kehidupan, alam, semesta, maka kita perlu menjaganya dari bencana. Menjaga tubuh berarti mengetahui sifat ketubuhan seperti apa yang manusia miliki, apakah sifat feminim atau maskulin, dan mengembangkan potensi tersebut untuk menyejahterakan diri dan sekitar. Semoga upaya Garin dalam membasuh pikiran masyarakat konservatif melalui filmnya dapat menembus mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garin Nugroho Membasuh Pikiran Masyarakat

oleh Fena Basafiana             Bagi para pecinta film Indonesia, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok Garin Nugroho. Ia adalah sut...