Di
pinggiran kota. Seorang wanita muda dengan kebingungannya masuk ke suatu bank. Dari
matanya yang suram dan berkaca-kaca telah menyimpan suatu rahasia. Saya telah
mengetahuinya. Dengan langkahnya yang berantakkan, saya memperhatikannya di
belakang pintu. Koper yang ia seret menciptakan suara yang tidak menyenangkan. Ia
sendirian, dan rahasia yang telah ia jaga sedemikian rapat terbongkar di
pikiran saya sendiri. Jika rahasia itu diketahui orang lain, ia akan tampak
tidak berguna. Dan, jika ia menyerah begitu saja, ia akan mati dengan sia-sia.
Wanita
muda itu menghampiri meja teller, ia menyerahkan berkas-berkas untuk mengambil
uang sebesar satu milyar. Seketika ia menjadi perhatian umum. Orang-orang
terkejut melihat ia memasukkan banyak sekali uang ke dalam kopernya. Wanita muda
itu tidak peduli. Yang ia harapkan hanyalah dapat menaruh uang-uang tersebut ke
dalam koper dengan segera. Meski dengan tangan bergetar dan tubuhnya telah
teramat lelah. Setelah ia merapikan uang-uangnya, dengan susah payah mencoba
pergi dari tempat itu karena orang-orang semakin memperhatikannya. Tiba-tiba ia
terjatuh. Hidungnya berdarah. Isi kopernya berhamburan karena kurang rapat
menutupnya. Wajahnya semakin pucat. Bibir dan kedua tangannya bergetar hebat.
Hatinya
hancur. Sambil memungut uang yang berhamburan, ia ingat kembali hasil dari uang
banyak itu. Enam bulan lalu, wanita muda itu telah bertransaksi dengan
seseorang. Ia telah mengorbankan satu ginjalnya dan jantungnya diganti dengan
jantung yang sudah rusak. Semua dilakukan agar ia bisa mendapatkan uang sebesar
satu milyar. Uang itu, ia harapkan bisa mengubah dirinya menjadi wanita yang
paling cantik. Ia berangan memiliki hidung yang mancung, mata yang bulat, tubuh
yang langsing dan kulit yang putih kenyal. Ia berangan memiliki pasangan yang
bisa menghargainya dan mencintainya selamanya.
Bagi
saya, ini adalah hal yang miris dan konyol. Wanita muda itu telah berhasil
dihasut oleh iklan-iklan biadab. Iklan-iklan yang membangun standar kecantikan.
Dan, masih banyak wanita lainnya yang terjerumus dengan pemikiran itu.
Beberapa
lama kemudian, wanita muda itu berdiam diri. Matanya semakin redup. Tubuhnya terkulai.
Ia telah mati. Ah, apa-apaan ini! Untung saya hanya setan yang baik, tanpa
membutuhkan atribut-atribut tidak masuk akal itu. Kehidupan manusia lucu sekali.
Saya ingin tertawa, tapi tidak sopan rasanya menertawakan kematian manusia. Saya
kan setan yang baik. Waktunya saya pergi dari adegan muak ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar