Oleh Fena Basafiana
Dalam
film The Reader terdapat tokoh bernama Hanna Schmitz yang berumur 36 tahun
telah menolong seorang pemuda yang masih bersekolah bernama Micheal karena saat
di perjalanan pemuda tersebut merasa sakit dan muntah-muntah lalu menepi di depan
pintu sebuah gedung apartemen Hanna. Setelah Micheal sembuh dari penyakitnya
yang terdeteksi mengidap penyakit demam berdarah, Micheal berinisiatif
berkunjung ke apartemen Hanna dan membawa bunga sebagai tanda terima kasih
karena telah menolongnya. Namun tujuan tersebut berpindah ke arah lain bahwa
ternyata mereka berdua memiliki ketertarikan satu sama lain. Hingga berkali-kali
mereka berhubungan badan dan sebelum melakukan itu Micheal sering menceritakan
buku-buku yang dibawanya dari sekolah seperti, cerita 'Emilia Galotti', puisi
'The Odyssey', cerpen 'The Lady with the Little Dog', novel 'Adventures of
Huckleberry Finn', hingga komik 'Tintin'. Hal tersebut memberi kepuasan
tersendiri pada Hanna yang tertarik mendengar cerita-cerita yang dibacakan
Micheal. Pernah Micheal menyuruh Hanna untuk membacanya sendiri namun ditolak
oleh Hanna berkali-kali. Hingga alasan penolakan tersebut terkuak setelah
mereka berpisah dan bertemu kembali, ketika Micheal masuk ke perguruan tinggi
dan mengikuti seminar pada sidang percobaan dari enam wanita yang dituduh
membiarkan 300 tahanan perempuan Yahudi mati terbakar di sebuah gereja ketika mereka
bertugas sebagai penjaga organisasi militer milik Nazi (SS) di Kamp. kecil
dekat Krakow dan salah satu terdakwa adalah Hanna.
Menurut
pengamatan saya, terdapat ketidakseimbangan kondisi kejiwaan dalam Karakter
Hanna pada film drama ini yang menyebabkan timbulnya kecemasan dalam diri Hanna,
sehingga ego membentuk mekanisme pertahanan diri dari teori psikoanalisis
Sigmund Freud. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan oleh tokoh Hanna adalah
penolakan dan represi.
Berdasarkan
pemikiran Freud, cara kerja mekanisme pertahanan diri diawali dari kecemasan
yang begitu menguasai hingga ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara
tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan atau
dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat
diterima dan tidak terlalu mengancam (Zaviera: P.98).
Pada
tindakan Hanna menutupi rasa malunya dapat dikategorikan sebagai Penolakan.
Penolakan dalam mekanisme pertahanan diri dilakukan dengan cara memblokir
peristiwa-peristiwa yang datang dari luar kesadaran. Jika dalam situasi
tertentu peristiwa ini terlalu banyak untuk ditanggulangi, seseorang hanya
perlu menolak mengalaminya. Cara ini adalah cara yang paling berbahaya karena
tidak ada orang yang selamanya mampu lari dari kenyataan (Zaviera: P.98).
Dilihat dari alur pada saat di pengadilan, Hanna tidak berlaku jujur demi
menyelamatkan rasa malunya ketika ia dituduh sebagai dalang dengan cara
terpaksa mengakui bahwa ia yang menulis laporan tertulis sebagai orang yang
bertanggung jawab atas kematian orang-orang Yahudi. Padahal pada kenyataannya
bukan ia yang menuliskan karena ia adalah perempuan buta huruf. Hal itu juga
diketahui oleh Micheal setelah mengingat masa lalu bersamanya yang seakan Hanna
seperti menutupi sesuatu. Namun Micheal tidak tahu bagaimana cara memberitahu
informasi tersebut. Pengakuan palsu yang diutarakan Hanna membuatnya dinyatakan
bersalah dan mendapat hukuman masuk penjara selama seumur hidup.
Kemudian
pada tindakan Hanna yang lain yang berusaha bangkit dari keterjatuhannya dapat
dikategorikan sebagai Represi. Menurut Anna Freud (anak dari Sigmund Freud),
Represi adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang atau
peristiwa yang menakutkan. Seseorang merepresi peristiwa traumatik tapi
pengalaman melihat suatu objek yang menakutkan bisa menimbulkan perasaan takut
dan cemas berkepanjangan tanpa mampu mengingat peristiwanya dengan jelas
(Zaviera: P.99). Ketika berada di tahanan, Hanna dikirimi kaset-kaset berisi
cerita-cerita yang direkam oleh Micheal sebanyak mungkin. Hal itu membuat
perasaan Hanna gembira dan hampir setiap waktu ia mendengarkan cerita-cerita
tersebut. Tak lama kemudian, Hanna termotivasi untuk belajar membaca dan
menulis secara sendiri. Ia meminjam buku-buku dari perpustakaan penjara lalu
mulai mengeja setiap kata dengan bantuan rekaman yang dikirim Micheal hingga ia
menjadi perempuan kutu buku. Ia menghabiskan masa tuanya di lapas dengan banyak
membaca buku.
Dengan
beberapa tinjauan di atas bisa disimpulkan bahwa karakter Hanna yang tidak mau
mengakui kebenaran untuk menyelamatkan dirinya sendiri ia singkirkan jauh-jauh.
Lalu ia kokohkan hatinya untuk mengakui perbuatan buruk yang dituduhnya hingga
ia harus mengurung diri di penjara seumur hidup sampai kehilangan orang-orang
terkasihnya. Ia hanya memikirkan bagaimana cara menutupi kekurangannya sebagai perempuan
tua yang buta huruf. Bagi saya, kepandaian membaca dan menulis memang harus dimiliki setiap orang kendati
manusia memang membutuhkan kepandaian tersebut untuk membantu menjalani hidup. Hanna
akhirnya bisa melepaskan kesedihannya dengan cara belajar membaca dan menikmati
hidupnya di penjara dengan membaca.
Daftar
Bacaan
Zaviera,
Ferdinand. (2007). Teori Kepribadian
Sigmund Freud. Yogyakarta: Prismashopie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar