Oleh Fena Basafiana
A.
Latar
Belakang
Emily
Dickinson adalah salah satu penyair yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah
kesusastraan sehingga karya-karyanya selalu dibaca sepanjang masa. Sebagian
besar karyanya mengandung tema kematian berdasarkan latar kehidupannya. Ciri
khas tersebut telah dibuktikan oleh beberapa peneliti sastra melalui pendekatan
biografis.
Wellek
dan Warren (82) menyatakan bahwa karya sastra adalah cerminan dari latar
belakang kehidupan penulis itu sendiri sehingga bisa meninjau suatu karya
melalui kehidupan penulis. Meskipun metode tersebut terbilang kuno, Wellek dan
Warren menambahkan bahwa metode tersebut mampu menjelaskan dan mengklarifikasi
komposisi dari karya yang penulis ciptakan. Dengan demikian, pemateri ingin
menyulami konsep kematian yang hadir dalam karya Emily Dickinson berdasarkan
latar belakang kehidupannya dengan analisis yang berbeda dari para peneliti
sebelumnya.
B.
Pengaruh
Kesusastraan
Karya
Emily memiliki pengaruh luar biasa pada puisi Amerika kontemporer.
Segenerasinya, Walt Whitman adalah yang bertanggung jawab atas pergeseran dari
rima formal menjadi rima bebas. Puisi-puisinya dikenal sebagai nuansa
musikalitas. Meskipun tidak menulis dengan rima seperti halnya sebagian penyair
pada zamannya, masing-masing puisinya memiliki rasa terukur. Puisinya juga
inovatif pada penggunaan kapitalisasi dan garis, serta tema yang dipilihnya,
termasuk tema kematian. Subjek emosional yang gelap dinilai membuka jalan bagi
penyair perempuan modern seperti Sylvia Plath dan Anne Sexton (Amazine.co).
C.
Pendekatan
Biografis
Di kedalaman
penyair memungkinkan peneliti untuk membaca karya penyair tersebut dengan pemahaman
yang menyeluruh. Bagaimanapun juga, hal ini tidak selalu benar. Jika sebuah
puisi tertentu tampaknya sama sekali tidak ada unsur pribadi di balik itu,
peneliti tidak akan mengerti lebih baik dalam meneliti puisi tersebut.
Keputusan tersulit adalah memutuskan kapan harus digunakan dan kapan untuk
menghindari implikasi biografi (Reaske 54-5).
Dalam sebagian
besar karya Emily, sangat memungkinkan menelusuri makna puisi melalui
pendekatan biografis. Banyak keterkaitan antara sebagian besar karyanya yang
mengandung tema kematian dengan latar belakang kehidupannya.
D.
Konsep Kematian
Kematian
adalah hal yang cepat atau lambat akan dihadapi meskipun manusia berusaha
menghindari hal tersebut. Kematian akan datang bahkan dengan tak terduga.
Sebelum kematian manusia itu sendiri, ia telah melihat kematian pada orang lain
termasuk orang-orang terdekat. Dan kejadian tersebut, kadangkala memengaruhi
kondisi kejiwaan manusia karena merasa kehilangan.
Manusia
kadang memikirkan bagaimana rasanya menghadapi kematian dan apa yang akan
terjadi. Ketika manusia merasa bingung dengan kematian, mereka mencoba untuk
mengikuti dan mengambil agama atau keyakinan untuk membuat mereka nyaman dalam
menghadapi kematian. Agama yang berbeda akan membuat penjelasan yang berbeda
tentang kematian. Sebagian percaya bahwa kematian adalah akhir dari kehidupan,
tetapi yang lain percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian.
Dari
gambaran umum tentang kematian di atas, Ambarwati (25-6) memberi beberapa
pandangan kematian sesuai dengan tiga gerakan keagamaan yang sudah dikenal
selama hidup Emily Dickinson:
I.
Calvinisme
Calvinisme adalah gerakan agama yang
percaya bahwa kehidupan ada setelah kematian untuk memiliki pengalaman baru
sebagai penghargaan atas kehidupan di dunia yang memiliki banyak kebaikan. Bagi
mereka yang tidak berjiwa baik akan dibuang ke neraka yang diartikan sebagai
pemisahan dari Allah.
II.
Puritanisme
Puritanisme adalah gerakan yang
menyatakan bahwa Kematian tidak bisa dihindari. Meskipun demikian, kematian
merupakan suatu hadiah dengan jiwa yang dilepaskan dari bumi.
III.
Transcendentalism
Pandangan kematian menurut
transendentalis dari buku A Week oleh
Thoreau, menyajikan kematian bukan sebagai tujuan tetapi sebagai bagian dari
proses alam. Kematian tidak hanya menyerap kembali tubuh ke bumi, melainkan
juga dalam transisi jiwa manusia ke dalam ketidakterbatasan alam semesta.
Dengan demikian, gerakan ini menjadikan kematian bukanlah hal yang harus
ditakuti.
E.
Biografi
Penyair
Emily
Elizabeth Dickinson lahir pada 30 Desember 1830 adalah salah satu penyair
perempuan besar di Amerika pada abad ke-19. Ia berasal dari keluarga yang
terkenal dan berpendidikan. Keluarganya sangat memedomankan tradisi kristen.
Ayahnya bekerja sebagai anggota DPR Amerika Serikat. Setelah menyelesaikan
pendidikannya di Mount Holyoke Female Seminary, Emily menjadi sosok yang
tertutup. Ia menghabiskan sepanjang hidupnya di rumah dan memutuskan untuk
tidak menikah. Meskipun demikian, Emily telah menulis ribuan surat kepada
teman-temannya. Salah satunya bernama Susan Gilbert, yang menikah dengan
saudara laki-lakinya, Austin (Merdeka.com).
Kehidupan
Emily dihabiskan dengan berkabung karena beberapa kematian dari orang-orang
terdekat dalam jangka waktu beberapa tahun. Ayah Emily meninggal dunia pada tahun
1874, Samuel Bowles meninggal dunia pada tahun 1878, JG Holland meninggal dunia
pada tahun 1881, Gilbert (keponakannya) meninggal dunia pada tuhan 1883,
Charles Wadsworth dan ibu Emily meninggal dunia pada tahun 1882. Selain itu,
banyak dari persahabatan yang paling berpengaruh dan berharga bagi Emily
meninggal dunia. Dari perkabungan yang Emily rasakan selama beberapa tahun
memberi jalan untuk terobsesi pada tema kematian dalam puisi-puisinya. Pada 14
Juni 1884, obsesi Emily dan spekulasi puitis mulai berhenti ketika dia
menderita serangan pertama dari penyakit ginjalnya. Pada 15 Mei 1886, Emily
meninggal dunia saat berusia 56 tahun (Ambarwati 28-9).
Selama
hidupnya, Emily tidak benar-benar dikenal sebagai penyair. Hanya 10 puisinya
diterbitkan saat ia masih hidup. Setelah kematiannya, keluarganya menemukan
kumpulan koleksi hingga 2000 puisi. Lalu, puisi-puisi tersebut diedit oleh
kritikus sastra bernama Thomas Wentworth Higginso dan Mabel Loomis Todd (Mina 1-2).
F.
Konsep
Kematian pada Karya
Setelah
uraian di atas mengenai konsep kematian berdasarkan yang dianut oleh Emily
berserta latar belakang kehidupannya, berikut adalah salah satu puisinya
beserta makna yang mengandung tema kematian:
Because
I Could not Stop for Death
Because I could
not stop for Death
He kindly
stopped for me----
The Carriage
held but Ourselves
And Immortality.
We slowly drove---He
knew no haste
And I had put
away
My labor and my
leisure too,
For His
Civility----
We passed the
School, where Children strove
At Recess—in the
Ring---
We passed the
Field of Gazing Grain
We passed the
Setting Sun---
Or rather --- He
passed Us---
The Dews drew quivering and
chill---
For only
Gossamer, my Gown---
My Tippet---
only Tulle---
We paused before
a house that seemed
A Swelling of
the Ground---
The Roof was
scarcely visible—
The Cornice --- in the Ground---
Since then
---‘tis Centuries--- and yet
Feels shorter
than the Day
I first surmised
the Horses Heads
Were toward eternity.
(Poetry
Foundation)
Di
bait pertama, orang pertama memberi tahu bahwa ia tidak bisa mengindari Kematian.
Lalu dilanjutkan dengan kematian berubah menjadi subjek sebagai dia (laki-laki)
adalah tamu yang bersikap ramah dan baik dalam menghampiri orang pertama.
Kematian tersebut mengajak orang pertama untuk naik kereta kuda, pergi ke
tempat yang tidak diketahui tapi memberi pengalaman baru untuk orang pertama.
Di
bait kedua, orang pertama diperlakukan secara lembut oleh Kematian. Perjalanan
mereka menjadi menyenangkan tanpa ada rasa khawatir. Dengan kenikmatan
tersebut, orang pertama meninggalkan kegiatan duniawinya sebagai penghargaan
untuk kesopanan dari Kematian yang menjadikannya sebagai wanita terhormat.
Di
bait ketiga, orang pertama memberi tahu tahap kehidupannya yang singkat.
Dimulai dari masa kanak-kanak yang orang pertama usahakan dalam bersaing untuk
mencapai sesuatu. Ditahap selanjutnya tumbuh menjadi remaja dan dewasa yang
melambangkan siklus hidupnya. Lalu di akhir terdapat “pengaturan matahari” yang
menunjukan tahap akhir hidupnya yang sekarat dengan matahari yang terbenam.
Di
bait keempat, orang pertama memberi tahu ketika kematian datang, manusia akan
meninggalkan segala bentuk duniawi. Setelah kematian, manusia hanya memiliki
kualitas spritual.
Dalam
proses kematian itu sendiri, tubuh orang pertama menjadi gemetar dan dingin
oleh embun dengan menggunakan gaun halus dan sutra.
Di
bait kelima, orang pertama menggambarkan rumah terakhirnya setelah kematian
ialah kuburan. Rumah yang tidak biasa karena memiliki atap yang tidak terlihat
dan memiliki dekorasi dinding yang unik seperti batu. Dalam rumah tersebut, ia
tinggal sendirian.
Di
bait keenam, orang pertama memberi tahu bahwa ia sedang menuju keabadian dengan
tempat yang jauh lebih baik dari sebelumnya walaupun pada awalnya tidak tahu
tujuannya. Perjalanan tersebut tampak jauh lebih singkat dari pada ketika ia
masih berada di dunia.
Dari
penjelasan tersebut, di empat bait pertama, Emily menunjukan kebahagian dalam
menghadapi kematian. Namun di dua bait akhir ia merasa kematian menjadi
takdirnya yang menyedihkan dan di bait keenam ia mulai percaya diri dengan
tujuannya ialah menuju keabadian di tempat yang baik dengan kualitas spritiual
yang baik.
Dari
penjabaran mengenai makna puisi tersebut, terdapat beberapa konsep kematian
yang hadir dalam karya Emily. Pertama, kematian tidak dapat dihindari dan tak
terduga karena kematian secara alami terjadi pada setiap manusia. Maka dari
itu, manusia harus mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Kedua,
kematian tidak menakutkan. Kematian bukanlah musuh, melainkan kematian
memberikan manusia pada kebebasan dan kedamaian. Jika manusia mengembangkan
kualitas spiritualnya, Tuhan akan melindunginya.
Ketiga,
kematian bukanlah akhir kehidupan. Kematian adalah awal dari perjalanan menuju
keabadian. Proses kematian akan membawa manusia ke dalam kebebasan dari tempat
duniawi. Meskipun tubuh telah mati, tapi roh manusia akan tetap hidup.
Keempat,
kematian meyakinkan manusia pada diri manusia yang sebenarnya. Kematian
memberikan keringanan pada manusia yang sedang berada di dunia dengan segala
aspek yang rumit. Dengan kerumitan duniawi yang sementara, kematian menjadikan
manusia mengenal dirinya sendiri dalam memahami identitas kerohaniannya.
Kelima,
kematian adalah hadiah. Hal tersebut diyakini oleh gerakan Calvinisme dan
Prutanisme. Keyakinan tersebut menjelaskan bahwa Tuhan memberikan manusia jalan
menuju keabadian dengan tempat yang lebih baik.
Dari konsep kematian yang
dicantumkan dalam karya Emily, pastinya tidak luput dari latar belakang masa
lalunya yang dalam beberapa tahun mengalami depresi dan trauma karena telah
kehilangan banyak orang terdekat yang meinggal dunia. Di sisi lain, selama
hidup Emily menganut tradisi Kristen dengan baik sehingga ia mengaitkan konsep
kematian berdasarkan keyakinannya.
G.
Kesimpulan
Tokoh Emily Dickinson sangat berpengaruh dalam sejarah
kesusastraan. Ia memberi warna baru yakni emosional yang gelap dengan
menggunakan tema kematian yang memberi jalan bagi beberapa penyair selanjutnya.
Beberapa karyanya sangat berkaitan dengan latar kehidupannya. Bahkan, terdapat
film drama biografi Emily Dickinson berjudul A Quiet Passion disutradarai dan ditulis oleh Terence Davies. Cerita yang ditampilkan mencerminkan
Emily yang memiliki sosok unik dan tertutup. Cerita tersebut menggabungkan
beberapa karyanya yang menyatu dengan kehidupan Emily itu sendiri.
Dengan konsep kematian yang
hadir dalam karyanya, Emily menginformasikan kepada pembacanya mengenai konsep
kematian dengan indah dan meyakinkan. Ia membantu pembaca dalam memahami konsep
kematian secara dalam. Dengan demikian, tema yang diangkat Emily dalam sebagian
besar karyanya, menyadarkan pembaca bahwa kematian merupakan hadiah dari Tuhan
menuju jalan keabadian. Bagi manusia yang memiliki spiritual yang baik, mereka
tidak perlu merasa khawatir dengan kematian tersebut karena Tuhan akan
melindunginya.
Daftar
Kepustakaan
Buku:
Reaske, C.
R. How to Analyze Poetry. United
States of America: Department of English Harvard University, 1966.
Wellek, Rene
and Austin Warren. Theory of Literature
Harcourt Brace Javanoich. New York: Longman, 1977.
Skripsi
dan Tesis:
Ambarwati,
Tri Wulan. The Influence of Emily
Dickinson’s Life Background on the Concepth of Death Found in Her Poem Entitled
Because I could not Stop for Death. Semarang: State University of Semarang,
2006.
Mina,
Hirai. Emily Dickinson: The Poetics of
Absence. Germany: Europe and American Studies, 2006.
Situs:
Amazine:
Online Populer Knowledge. “Siapakah Emily
Dickinson? Kisah Penyair Wanita Amerika” Amazine.co 20 November 2017.
Amazine 2017. <www.amazine.co/siapakah-emily-dickinson-kisah-penyair-wanita-amerika>
Merdeka.com.
“Emily Elizabeth Dickinson” Merdeka.com
20 November 2017. Merdeka 2016.
<www.merdeka.com/profil/mancanegara/e/emily-elizabeth-dickinson>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar