FESTIVAL LITERASI TANGSEL
Diskusi Publik bersama Rusabesi
Oleh Fena Basafiana
Dalam esai ini, saya ingin menunjukkan bahwa novel Semua
Ikan di Langit menghadirkan kembali sifat-sifat ketuhanan agama
monoteisme melalui Beliau sebagai salah satu tokoh utama yang tidak lazim.
Beliau memiliki lima sifat ketuhanan agama monoteisme, di antaranya: Beliau
adalah satu-satunya sosok superior yang tidak membutuhkan
siapapun, beliau mampu menciptakan segalanya bahkan
dari hal yang tiada, Beliau selalu menolong siapapun yang berharap kepadanya,
Beliau ada di mana-mana dan mampu berada di luar konsep waktu manusia, beliau
tidak pernah salah
dalam memahami siapapun. Dengan demikian,
novel ini tidak mengidentifikasi Beliau
sebagai Tuhan melainkan ia memiliki sifat- sifat ketuhanan agama monoteisme.
Monoteisme merupakan kepercayaan pada Tuhan tunggal
yang menciptakan seluruh alam
semesta dan mengendalikan urusan manusia. Monoteisme hadir dalam tiga keyakinan
yang saling terkait: Yahudi, Kristen dan Islam (Karen 20-23). Pada zaman kuno,
ajaran monoteisme dipelopori oleh Abraham pada abad ke-19 namun tidak diterima
oleh masyarakat Mesopotamia. Perjuangan Abraham menyebarkan visi Monoteisme
membuat raja Namrud menghukumnya dengan dibakar dalam api besar, tetapi Abraham
diselamatkan oleh Tuhan. Akhirnya, Abraham dan keluarganya keluar dari
Mesopotamia. Namun, masyarakat Mesopotamia masih banyak menyembah dewa-dewa
(Noer 41).
Monoteisme sebagai salah satu gagasan tertua yang
dikembangkan manusia untuk menjelaskan misteri dan tragedi kehidupan. Manusia
diperingatkan oleh para monoteis untuk tidak berharap mengalami Tuhan sebagai
fakta objektif yang dapat ditemukan melalui proses pemikiran rasional biasa
karena gagasan tentang Tuhan adalah produk dari imajinasi kreatif.
Beberapa monoteis terkemuka dengan
tegas mengatakan bahwa Tuhan adalah realitas paling penting di dunia (Karen
23-28).
Beberapa studi tentang pemahaman monoteisme telah
menciptakan beberapa perspektif, salah satunya berdasarkan pemahaman Ibnu Arabi
tentang kesatuan wujud (Wahdat al-Wujud). Arabi mengemukakan bahwa Tuhan adalah
makhluk mutlak dan seluruh alam semesta beserta isi-Nya merupakan manifestasi-
Nya untuk menunjukkan diri-Nya (Afifi 13). Tuhan mencakup semua fenomena yang
ada dan sumber daya dalam memancarkan seluruh alam semesta. Hubungan semua
ciptaan kepada Tuhan adalah seperti pantulan di cermin atau antara bayangan dan
sumber bayangan, dengan demikian alam semesta adalah cerminan dari Tuhan (Noer
150).
Bahkan, ada beberapa sifat
ketuhanan yang dimiliki oleh manusia secara tidak lazim. Seperti, Yesus
(Isa) adalah salah
satu manusia yang
memiliki sifat-sifat
ketuhanan melalui karakteristik dan tindakannya. Pada masa hidupnya, ada
beberapa peristiwa yang melampaui kemampuan manusia. Yesus menghidupkan empat orang, ia dapat
menyembuhkan semua penyakit dan berjalan di atas air (Taqra 3). Contoh tersebut menunjukkan kebesaran Tuhan
sebagai argumen dasar bahwa Tuhan
memanifestasikan seluruh alam semesta untuk menunjukkan diri-Nya.
Selanjutnya, fenomena tentang sejarah monoteisme ini tidak
hanya ditemukan dalam realitas kehidupan sosial, tetapi juga dalam karya sastra
seperti dalam film dan novel. Karya sastra merupakan salah satu unsur dalam
menyampaikan nilai-nilai ketuhanan atau kepercayaan tertentu. Melalui karya sastra, orang akan lebih tertarik dan
mudah mempelajari nilai yang disampaikan. Banyak dari mereka secara eksplisit
menyebutkan nama agama dan menggunakan tokoh agama sebagai karakter dalam kisah
mereka. Sebagai contoh, dalam dua film Muhammad: The Last Prophet (2002), The
Passion of Christ (2004) dan satu novel Life of Pi (2001). Berbeda dengan
representasi agama dan kepercayaan Tuhan di atas, ada satu
novel yang membahas monoteisme secara implisit melalui tokoh tidak lazim. Tokoh
tidak lazim tersebut bukanlah manusia pada umumnya, salah satunya adalah Beliau. Karakter tersebut
merepresentasikan sifat-sifat ketuhanan agama monoteisme tanpa menyebut nama
"Tuhan" dan nama agama tertentu. Novel tersebut berjudul
Semua Ikan di Langit karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie.
Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama ialah Bus
Damri. Novel ini menceritakan tentang perjalanan Beliau dengan Bus dan
sekumpulan ikan julung-julung yang berada di sekeliling Beliau, lalu datang
kecoak perempuan bernama Nad yang ikut bergabung dalam perjalanan mereka.
Mereka menjelajah antar dimensi. Penulis memulai cerita dengan pergi ke Kamar
Paling Berantakan Sedunia, di sana, Beliau menyelamatkan kucing dari tempat
yang buruk. Kemudian mereka pergi ke langit dan bertemu dengan beberapa tokoh
seperti Anak yang Terlempar dari Ayunan dan beberapa pohon besar. Ada tiga
pohon di langit yang menceritakan kepada Bus tentang Beliau di masa lalu,
seperti kisah persahabatan antara Beliau dengan anak laki-laki lain yang dibakar
oleh masyarakat karena mereka tidak percaya
kepada kebesaran Beliau,
lalu Beliau membantu
anak laki-laki tersebut dari
bahaya. Mereka juga pergi ke laut dan bertemu Si Jahanam yang menghancurkan
dunia tetapi kemudian dunia diciptakan kembali oleh Beliau. Di tengah
perjalanan, tiba-tiba Nad tidak percaya segala kebesaran Beliau sehingga nad
dihancurkan oleh Beliau. Sosok Beliau yang dimuliakan dan mampu menciptakan
serta mengendalikan seluruh alam semesta menjadi sebuah kisah yang
merepresentasikan sifat-sifat ketuhanan agama
monoteisme.
Penulis menggunakan konsep representasi oleh Stuart hall
dalam menganalisis masalah dan untuk memberikan kontribusi jawaban.
Representasi adalah produksi konsep dalam pikiran melalui bahasa. Representasi
berarti menghadirkan kembali suatu citra tertentu melalui teks salah satunya
karya sastra dalam novel ini. Hall (16) menjelaskan dari Shorter Oxford English
Dictionary bahwa representasi memiliki dua makna yang relevan:
1. Merepresentasikan
sesuatu berarti untuk menggambarkannya, menyebutnya dalam
pikiran dengan deskripsi atau penggambaran atau imajinasi; untuk menempatkan
keserupaan itu di depan kita di dalam pikiran kita atau dalam indra.
2. Merepresentasikan
sesuatu juga berarti melambangkan, membela, menjadi spesimen, atau menggantikan.
Representasi sebagai mediator
untuk menghubungkan antara
masalah dengan konsep
monoteisme. Penulis menggunakan konsep monoteisme berdasarkan perspektif Ibnu
Arabi yang berpendapat bahwa Tuhan memanifestasikan seluruh alam semesta
sebagai penampakan realitas
untuk menunjukkan diri-Nya.
Monoteisme memberi tahu bahwa Tuhan adalah satu, sempurna,
tidak berubah, pencipta seluruh alam semesta, mewajibkan pengabdian kepada satu
entitas tertinggi. Singkatnya, monoteisme adalah kebalikan dari ateisme dan
politeisme. Menurut konsep ini, Tuhan terlibat dan mendominasi dunia, Ia juga layak untuk disembah dan dihormati oleh
semua makhluk (Arijal 105-106).
Ibnu Arabi tidak menolak politeisme, selama para penyembah
patung-patung dan gambar-gambar sepenuhnya menyadari bahwa di balik
bentuk-bentuk tuhan mereka, ada satu realita dan memandang bentuk-bentuk
tersebut hanya sebagai manifestasi dari kenyataan ini sehingga memandang
berhala buatan adalah kosong (Rofi'ie 9).
Dalam tiga agama monoteisme: Yahudi, Kristen dan Islam,
mereka hampir memiliki sifat-sifat ketuhanan yang sama berdasarkan kitab mereka
dan dimiliki oleh Beliau dalam novel ini, sebagai berikut:
Superior:
Tuhan adalah satu-satunya sebagai figur yang superior dan mampu berdiri sendiri.
Pencipta: Tuhan
mampu menciptakan seluruh alam semesta.
Penolong: Tuhan akan menolong
siapapun yang mengikuti dan menyembah-Nya.
Hadir di
mana-mana: Tuhan hadir di semua tempat sekaligus dan tidak memiliki awal, maupun akhir dan ada di luar konsep
waktu manusia.
Pendengar:
Tuhan tahu segalanya karena Dia selalu mendengarkan dan tidak pernah salah
dalam memahami siapapun.
Beliau sebagai salah satu karakter utama tidak lazim
merepresentasikan sifat- sifat ketuhanan agama monoteisme. Tindakan-tindakan
dari beberapa tokoh tidak lazim lainnya seperti Bus, ikan julung-julung dan Nad
juga mendukung konsep monoteisme melalui bagaimana mereka menanggapi Beliau.
Penelitian ini menunjukkan keberadaan Tuhan melalui Beliau yang memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1.
Superior
Novel ini menggambarkan Beliau sebagai figur superior yang
tidak membutuhkan siapapun sama sekali. Dalam novel, Beliau memiliki dominasi
bahkan kehadirannya menunjukkan bahwa semua tokoh lain bergantung padanya.
Karakteristik tersebut mirip dengan salah satu sifat ketuhanan agama monoteisme
yang dapat berdiri sendiri. Byrne (25-122) menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan
adalah satu-satunya sebagai figur yang superior dan absolut; dalam Kristen,
Tuhan ada dengan sendirinya yang memiliki hidup di dalam diri-Nya dan tidak
bergantung pada siapapun; dalam Islam, Tuhan secara unik diposisikan lebih
tinggi daripada dewa atau orang
lain dan tidak dapat dibandingkan dengan benda atau orang lain.
Bus yang selalu bersama Beliau sering merasa bingung
tentang mengapa Beliau ingin ditemani
Bus padahal Beliau
mampu berdiri sendiri.
Beliau mengundang Bus dan Nad
dalam melintasi ruang dan waktu untuk memperkenalkan keajaiban- keajaibannya.
Beliau memimpin beberapa tokoh lain untuk menggambarkan sedikit pemahaman
mengenai alam semesta (Zezsyazeoviennazabrizkie 5). Sebelum bertemu
dengan Beliau, Bus memiliki kemampuan membaca pikiran makhluk
hidup jika mereka menginjak latar Bus. Tetapi Bus tidak bisa membaca pikiran
Beliau karena ia selalu terbang setiap masuk ke dalam Bus. Beliau mampu
melakukan apa saja termasuk terbang dalam setiap keadaan. Jadi, ketika Beliau
ada di dalam Bus, Bus tidak bisa membaca pikiran Beliau.
Bus menyadari jika ia mampu membaca pikiran Beliau, Bus
tidak akan pernah mampu menampung semuanya karena Beliau mengendalikan seluruh
alam semesta. Otomatis, Bus akan membaca seluruh jagat raya jika ia dibiarkan
membaca pikiran Beliau.
Selama perjalanan, Beliau menunjukkan kepada tokoh lain
tentang beberapa hal mengenainya dan beberapa bagian kecil dari alam semesta.
Namun, tokoh lain memiliki keterbatasan dalam menginterpretasikan Beliau.
Beliau memang memiliki berbagai tujuan di setiap ciptaan, tetapi ia tidak
menunjukkan seluruh tujuan kepada tokoh lain. Di sisi lain, Bus percaya bahwa
Beliau ingin dipahami dengan cara lain. Beliau membiarkan tokoh lain menemukan
identitasnya dan tujuan seluruh ciptaan sesuai dengan pemahaman masing-masing
karakter.
Perspektif tokoh lain tentang Beliau juga dikendalikan oleh
Beliau sendiri. Beliau memegang kekuasaan sehingga ia menetapkan bagaimana
seharusnya setiap tokoh menjalani perannya. Beliau juga mampu mengendalikan
tokoh lain dalam menafsirkan identitasnya. Kondisi ini membuat Beliau menjadi
sosok superior dalam novel ini.
2.
Pencipta
Novel ini menggambarkan bagaimana Beliau sebagai
satu-satunya yang mengatur alam semesta. Karakteristik tersebut mirip dengan
salah satu sifat ketuhanan agama monoteisme yang mampu menciptakan. Dalam
novel, Beliau memiliki otoritas untuk menciptakan segalanya. Byrne (25-122)
menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan sebagai superior di alam semesta dan
sebagai pemimpin duniawi dan surgawi sehingga segalanya digambarkan sebagai
karya kreatif tangan-Nya; dalam Kristen, Tuhan memerintah atas segala sesuatu
dengan kontrol mutlak; dalam Islam,
Tuhan adalah satu-satunya pencipta dan telah menciptakan segalanya dari ketiadaan, bahkan di luar
imajinasi manusia.
Beliau memiliki kemampuan untuk menciptakan segalanya. Ia
suka menjahit sesuatu seperti boneka, lalu boneka itu dikirim ke anak-anak yang
kesepian di malam hari dan boneka-boneka itu hidup untuk menyelamatkan
anak-anak dari monster di bawah tempat tidur. Boneka-boneka hidup itu dibuat
dengan kreasi yang tidak sempurna dan sempurna. Beliau juga mampu menciptakan
galaksi yang terbuat dari permen di langit yang gelap.
(Zezsyazeoviennazabrizkie 123).
Hampir setiap tokoh dalam novel seperti Bus, kecoak, pohon
besar dan seluruh alam semesta diciptakan oleh Beliau. Kreasi itu dibuat dengan
menjahit tangan dalam berbagai kualitas; tidak semua ciptaannya sempurna dan
indah tetapi juga ada yang cacat, tidak sempurna atau bau. Kreasi yang sempurna
dan tidak sempurna itu bertujuan untuk membuat mereka saling mengenal dan
menghargai. Meskipun demikian, mereka masih memiliki fungsi untuk saling
melengkapi satu sama lain.
3.
Penolong
Sifat ketuhanan agama monoteisme lain yang hadir dalam
tokoh Beliau adalah penolong. Selama perjalanan, Beliau sering menunjukkan
dirinya sebagai penolong terbaik untuk tokoh lain. Byrne (25-122)
menjelaskan dalam Yahudi
bahwa Tuhan sebagai pahlawan bagi siapa saja yang mengikuti dan
memuja-Nya; dalam Kristen, Tuhan mengetahui sebelumnya yang telah mengenal dan
mengasihi umat- Nya sejak kekekalan; dalam Islam, Tuhan menjawab doa dan pujian
dari mereka yang mengikuti dan menyembah-Nya. Dalam novel menunjukkan bahwa
Beliau selalu memperhatikan siapapun dan jika mereka memiliki pengalaman yang
menyedihkan dan kemudian memanggilnya, Beliau akan selalu datang kepada mereka untuk
membantu mereka.
Zezsyazeoviennazabrizkie menjabarkan beberapa hal
pertolongan: Beliau pernah menolong Bastet (seekor kucing) untuk melarikan diri
dari Kamar Paling berantakan
di Seluruh Dunia ke tempat yang lebih baik (13-14); Selain itu, Beliau memperbaiki
hati Shoshanna setelah perang di Jerman pada 1944 dan mengeluarkannya dari sana
(46); Beliau juga membantu pria miskin yang mencintai wanita kaya raya dengan
cara memberikan beberapa biji kepada pria tersebut untuk menyenangkan hati wanita tersebut hingga akhirnya mereka
menikah (138-145); Beliau pernah membantu seorang anak lelaki saat dibakar
dengan cara menyuruh api menjadi tidak panas, itu terjadi karena seorang anak
lelaki berpendapat bahwa Beliau harus dicintai lebih dari apa pun tetapi
orang-orang menentang pendapatnya (196-199).
Beliau membantu tokoh lain dengan
beragam jenis. Ada tokoh yang langsung
dibantu dan ada pula tokoh yang dites terlebih dahulu oleh Beliau sebelum
mendapatkan bantuan. Dua jenis bantuan tersebut dilakukan agar bantuan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing setiap tokoh. Kondisi tersebut sering pula kita
rasakan sebagai manusia yang mempertanyakan pertolongan dari Tuhan. Tuhan
menggerakkan ciptaan-Nya untuk menolong ciptaan-Nya yang lain, sekaligus memberi
tahu keberadaan Tuhan itu sendiri.
4. Hadir di Mana-mana
Sifat ketuhanan agama monoteisme lainnya adalah Beliau
hadir di mana- mana. Dalam novel, Beliau mampu melampaui konsep ruang dan waktu
berdasarkan pemahaman manusia. Beliau mampu menuju masa lalu dan masa depan.
Byrne (25-122) menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan adalah raja dunia dan surga
selamanya; dalam Kristen, Tuhan ada di mana-mana yang tidak terbatas dan hadir
di semua tempat sekaligus; dalam Islam, Tuhan adalah yang kekal yang tidak
memiliki awal, tanpa akhir dan ada di luar konsep waktu manusia.
Pernyataan bahwa Beliau ada di mana-mana ketika ia, Bus dan Nad melakukan perjalanan ke luar angkasa. Beliau membawa Bus dan Nad melintasi ruang dan waktu. Mereka pergi ke masa lalu, sekarang dan masa depan. Beliau memperkenalkan Bus dan Nad tentang kemampuannya menjelajahi waktu (Zezsyazeoviennazabrizkie 53).
Pernyataan bahwa Beliau ada di mana-mana ketika ia, Bus dan Nad melakukan perjalanan ke luar angkasa. Beliau membawa Bus dan Nad melintasi ruang dan waktu. Mereka pergi ke masa lalu, sekarang dan masa depan. Beliau memperkenalkan Bus dan Nad tentang kemampuannya menjelajahi waktu (Zezsyazeoviennazabrizkie 53).
Sifat ini mengingatkan kita pada kisah Muhammad dalam
sejarah Islam yang mampu melintasi antar dimensi dalam perjalanan Isra
Mikraj-nya dari bumi menuju langit ke tujuh untuk menemui Tuhan serta
menjalankan perintah-Nya. Peristiwa tersebut yang juga dialami dalam novel ini
menunjukkan keberadaan Tuhan melalui ciptaan pilihan-Nya, serta mengenalkan
bagaimana makhluk hidup seharusnya menjalankan perannya di alam semesta ini.
5.
Pendengar
Sifat ketuhanan agama monoteistime yang terakhir adalah
Beliau sebagai pendengar. Dalam novel, meskipun Beliau tidak berbicara dengan
tokoh lain, Beliau mampu memahami semua kebutuhan tokoh lain. Byrne (25-122)
menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan adalah penyelamat untuk membebaskan
umat-Nya; dalam Kristen, Tuhan sebagai mahatahu yang mengetahui segala sesuatu;
dalam Islam, Tuhan mengetahui segala sesuatu yang ada di alam manusia,
segala sesuatu yang tersisa
di luar pemahaman manusia dan segala sesuatu yang manusia coba sembunyikan.
Ketika Bus merasa khawatir tentang perasaan dan keajaiban
Beliau, Beliau tahu itu dan kemudian menunjukkannya melalui tindakan. Beliau
membawa Bus ke tempat menakjubkan di langit, lalu melukis gambar Bus yang dicat
gula di angkasa luar. Akhirnya, Bus percaya bahwa Beliau mencintainya
(Zezsyazeoviennazabrizkie 68). Beliau juga tidak pernah salah dalam memahami
siapapun. Meskipun Beliau tidak pernah bicara, kemampuanya untuk memahami
ciptaannya berada di luar kemampuan siapapun.
Seringkali kita merasa kurang dimengerti oleh lawan bicara
dengan beragam argumen yang berakhir
kekecewaan. Sementara yang kita ketahui,
Tuhan tidak berbicara
pada ciptaan-Nya namun Ia mampu mengurus kehidupan kita sesuai kebutuhan dengan
disadari atau tidak. Sifat ini juga mengingatkan kembali kepada kita untuk
percaya kepada Tuhan tunggal bahwa Ia mendengar segala harapan kita dan
mencurahkan harapan tersebut dengan semestinya. Pemahaman ini juga menjadi
salah satu dasar bahwa segalanya merupakan cerminan-Nya.
Pada akhirnya, kita semua juga merupakan manifestasi Tuhan
dalam menunjukkan diri-Nya. Kita juga memiliki sifat-sifat ketuhanan yang
secara alamiah dimiliki semua makhluk hidup seperti ada rasa kasih sayang,
saling menolong dan memiliki rasa ingin memahami orang lain. Namun, tokoh
Beliau yang memiliki sifat- sifat ketuhanan di luar manusia pada umumnya,
Seperti dalam realita, Yesus (Isa) dan Muhammad memiliki kemampuan yang
melampaui batas manusia, semakin menyakinkan keberadaan Tuhan yang tunggal
dengan seluruh ciptaan-Nya.
Daftar Pustaka
Arijal, Hasbi. “Problem
Konsep Monoteisme dalam Agama-Agama Semit.” Jurnal Kalimah, vol. 13, no. 1,
2015, pp. 104-124.
Armstrong, Karen. A
History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam. New
York: Ballantine Books, 1993.
Byrne, Máire. The Names of
God in Judaism, Christianity, and Islam: A Basis for Interfaith Dialogue.
London: Continuum International Publishing Group, 2011.
Hall,
Stuart. Representation: Cultural Representations and Signifying Practices.
London: Routledge, 1997.
Noer, Kautsar Azhari.
Tradisi Monoteistik. Jakarta:
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
2002.
Rofi’ie, Abd Halim. Wahdat
al Wujud dalam Pemikiran Ibnu Arabi. Research Gate, 2 Feb. 2016, www.researchgate.net/wahdat-al-wujud/ibnu-arabi/. Accessed 7
May 2018.
Taqra, Muham. Beautiful
Story of Prophet Jesus (Isa) and Virgin Mary (Maryam) in Islam. Bangkok:
BooksMango, 2015.
Zezsyazeoviennazabrizkie,
Ziggy. Semua Ikan di Langit. Jakarta: Grasindo, 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar