Sabtu, 29 April 2017

Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh Hanna Schmitz dalam Mengatasi Rasa Malu pada Film The Reader

Oleh Fena Basafiana


Dalam film The Reader terdapat tokoh bernama Hanna Schmitz yang berumur 36 tahun telah menolong seorang pemuda yang masih bersekolah bernama Micheal karena saat di perjalanan pemuda tersebut merasa sakit dan muntah-muntah lalu menepi di depan pintu sebuah gedung apartemen Hanna. Setelah Micheal sembuh dari penyakitnya yang terdeteksi mengidap penyakit demam berdarah, Micheal berinisiatif berkunjung ke apartemen Hanna dan membawa bunga sebagai tanda terima kasih karena telah menolongnya. Namun tujuan tersebut berpindah ke arah lain bahwa ternyata mereka berdua memiliki ketertarikan satu sama lain. Hingga berkali-kali mereka berhubungan badan dan sebelum melakukan itu Micheal sering menceritakan buku-buku yang dibawanya dari sekolah seperti, cerita 'Emilia Galotti', puisi 'The Odyssey', cerpen 'The Lady with the Little Dog', novel 'Adventures of Huckleberry Finn', hingga komik 'Tintin'. Hal tersebut memberi kepuasan tersendiri pada Hanna yang tertarik mendengar cerita-cerita yang dibacakan Micheal. Pernah Micheal menyuruh Hanna untuk membacanya sendiri namun ditolak oleh Hanna berkali-kali. Hingga alasan penolakan tersebut terkuak setelah mereka berpisah dan bertemu kembali, ketika Micheal masuk ke perguruan tinggi dan mengikuti seminar pada sidang percobaan dari enam wanita yang dituduh membiarkan 300 tahanan perempuan Yahudi mati terbakar di sebuah gereja ketika mereka bertugas sebagai penjaga organisasi militer milik Nazi (SS) di Kamp. kecil dekat Krakow dan salah satu terdakwa adalah Hanna.
Menurut pengamatan saya, terdapat ketidakseimbangan kondisi kejiwaan dalam Karakter Hanna pada film drama ini yang menyebabkan timbulnya kecemasan dalam diri Hanna, sehingga ego membentuk mekanisme pertahanan diri dari teori psikoanalisis Sigmund Freud. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan oleh tokoh Hanna adalah penolakan dan represi.
Berdasarkan pemikiran Freud, cara kerja mekanisme pertahanan diri diawali dari kecemasan yang begitu menguasai hingga ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima dan tidak terlalu mengancam (Zaviera: P.98).
Pada tindakan Hanna menutupi rasa malunya dapat dikategorikan sebagai Penolakan. Penolakan dalam mekanisme pertahanan diri dilakukan dengan cara memblokir peristiwa-peristiwa yang datang dari luar kesadaran. Jika dalam situasi tertentu peristiwa ini terlalu banyak untuk ditanggulangi, seseorang hanya perlu menolak mengalaminya. Cara ini adalah cara yang paling berbahaya karena tidak ada orang yang selamanya mampu lari dari kenyataan (Zaviera: P.98). Dilihat dari alur pada saat di pengadilan, Hanna tidak berlaku jujur demi menyelamatkan rasa malunya ketika ia dituduh sebagai dalang dengan cara terpaksa mengakui bahwa ia yang menulis laporan tertulis sebagai orang yang bertanggung jawab atas kematian orang-orang Yahudi. Padahal pada kenyataannya bukan ia yang menuliskan karena ia adalah perempuan buta huruf. Hal itu juga diketahui oleh Micheal setelah mengingat masa lalu bersamanya yang seakan Hanna seperti menutupi sesuatu. Namun Micheal tidak tahu bagaimana cara memberitahu informasi tersebut. Pengakuan palsu yang diutarakan Hanna membuatnya dinyatakan bersalah dan mendapat hukuman masuk penjara selama seumur hidup.
Kemudian pada tindakan Hanna yang lain yang berusaha bangkit dari keterjatuhannya dapat dikategorikan sebagai Represi. Menurut Anna Freud (anak dari Sigmund Freud), Represi adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang atau peristiwa yang menakutkan. Seseorang merepresi peristiwa traumatik tapi pengalaman melihat suatu objek yang menakutkan bisa menimbulkan perasaan takut dan cemas berkepanjangan tanpa mampu mengingat peristiwanya dengan jelas (Zaviera: P.99). Ketika berada di tahanan, Hanna dikirimi kaset-kaset berisi cerita-cerita yang direkam oleh Micheal sebanyak mungkin. Hal itu membuat perasaan Hanna gembira dan hampir setiap waktu ia mendengarkan cerita-cerita tersebut. Tak lama kemudian, Hanna termotivasi untuk belajar membaca dan menulis secara sendiri. Ia meminjam buku-buku dari perpustakaan penjara lalu mulai mengeja setiap kata dengan bantuan rekaman yang dikirim Micheal hingga ia menjadi perempuan kutu buku. Ia menghabiskan masa tuanya di lapas dengan banyak membaca buku.
Dengan beberapa tinjauan di atas bisa disimpulkan bahwa karakter Hanna yang tidak mau mengakui kebenaran untuk menyelamatkan dirinya sendiri ia singkirkan jauh-jauh. Lalu ia kokohkan hatinya untuk mengakui perbuatan buruk yang dituduhnya hingga ia harus mengurung diri di penjara seumur hidup sampai kehilangan orang-orang terkasihnya. Ia hanya memikirkan bagaimana cara menutupi kekurangannya sebagai perempuan tua yang buta huruf. Bagi saya, kepandaian membaca dan menulis  memang harus dimiliki setiap orang kendati manusia memang membutuhkan kepandaian tersebut untuk membantu menjalani hidup. Hanna akhirnya bisa melepaskan kesedihannya dengan cara belajar membaca dan menikmati hidupnya di penjara dengan membaca.

Daftar Bacaan
Zaviera, Ferdinand. (2007). Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Prismashopie.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garin Nugroho Membasuh Pikiran Masyarakat

oleh Fena Basafiana             Bagi para pecinta film Indonesia, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok Garin Nugroho. Ia adalah sut...