Kamis, 23 April 2020

Representasi Sifat-sifat Ketuhanan Agama Monoteisme dalam Novel Semua Ikan di Langit Karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie


FESTIVAL LITERASI TANGSEL
Diskusi Publik bersama Rusabesi
Oleh Fena Basafiana




Dalam esai ini, saya ingin menunjukkan bahwa novel Semua Ikan di Langit menghadirkan kembali sifat-sifat ketuhanan agama monoteisme melalui Beliau sebagai salah satu tokoh utama yang tidak lazim. Beliau memiliki lima sifat ketuhanan agama monoteisme, di antaranya: Beliau adalah satu-satunya sosok superior yang tidak membutuhkan siapapun, beliau mampu menciptakan segalanya bahkan dari hal yang tiada, Beliau selalu menolong siapapun yang berharap kepadanya, Beliau ada di mana-mana dan mampu berada di luar konsep waktu manusia, beliau tidak pernah salah dalam memahami siapapun. Dengan demikian, novel ini tidak mengidentifikasi Beliau sebagai Tuhan melainkan ia memiliki sifat- sifat ketuhanan agama monoteisme.
Monoteisme merupakan kepercayaan pada Tuhan tunggal yang menciptakan seluruh alam semesta dan mengendalikan urusan manusia. Monoteisme hadir dalam tiga keyakinan yang saling terkait: Yahudi, Kristen dan Islam (Karen 20-23). Pada zaman kuno, ajaran monoteisme dipelopori oleh Abraham pada abad ke-19 namun tidak diterima oleh masyarakat Mesopotamia. Perjuangan Abraham menyebarkan visi Monoteisme membuat raja Namrud menghukumnya dengan dibakar dalam api besar, tetapi Abraham diselamatkan oleh Tuhan. Akhirnya, Abraham dan keluarganya keluar dari Mesopotamia. Namun, masyarakat Mesopotamia masih banyak menyembah dewa-dewa (Noer 41).
Monoteisme sebagai salah satu gagasan tertua yang dikembangkan manusia untuk menjelaskan misteri dan tragedi kehidupan. Manusia diperingatkan oleh para monoteis untuk tidak berharap mengalami Tuhan sebagai fakta objektif yang dapat ditemukan melalui proses pemikiran rasional biasa karena gagasan tentang Tuhan adalah produk dari imajinasi kreatif. Beberapa monoteis terkemuka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan adalah realitas paling penting di dunia (Karen 23-28).
Beberapa studi tentang pemahaman monoteisme telah menciptakan beberapa perspektif, salah satunya berdasarkan pemahaman Ibnu Arabi tentang kesatuan wujud (Wahdat al-Wujud). Arabi mengemukakan bahwa Tuhan adalah makhluk mutlak dan seluruh alam semesta beserta isi-Nya merupakan manifestasi- Nya untuk menunjukkan diri-Nya (Afifi 13). Tuhan mencakup semua fenomena yang ada dan sumber daya dalam memancarkan seluruh alam semesta. Hubungan semua ciptaan kepada Tuhan adalah seperti pantulan di cermin atau antara bayangan dan sumber bayangan, dengan demikian alam semesta adalah cerminan dari Tuhan (Noer 150).
Bahkan, ada beberapa sifat ketuhanan yang dimiliki oleh manusia secara tidak lazim. Seperti, Yesus (Isa) adalah salah satu manusia yang memiliki sifat-sifat ketuhanan melalui karakteristik dan tindakannya. Pada masa hidupnya, ada beberapa peristiwa yang melampaui kemampuan manusia. Yesus menghidupkan empat orang, ia dapat menyembuhkan semua penyakit dan berjalan di atas air (Taqra 3). Contoh tersebut menunjukkan kebesaran Tuhan sebagai argumen dasar bahwa Tuhan memanifestasikan seluruh alam semesta untuk menunjukkan diri-Nya.
Selanjutnya, fenomena tentang sejarah monoteisme ini tidak hanya ditemukan dalam realitas kehidupan sosial, tetapi juga dalam karya sastra seperti dalam film dan novel. Karya sastra merupakan salah satu unsur dalam menyampaikan nilai-nilai ketuhanan atau kepercayaan tertentu. Melalui karya sastra, orang akan lebih tertarik dan mudah mempelajari nilai yang disampaikan. Banyak dari mereka secara eksplisit menyebutkan nama agama dan menggunakan tokoh agama sebagai karakter dalam kisah mereka. Sebagai contoh, dalam dua film Muhammad: The Last Prophet (2002), The Passion of Christ (2004) dan satu novel Life of Pi (2001). Berbeda dengan representasi agama dan kepercayaan Tuhan di atas, ada satu novel yang membahas monoteisme secara implisit melalui tokoh tidak lazim. Tokoh tidak lazim tersebut bukanlah manusia pada umumnya, salah satunya adalah Beliau. Karakter tersebut merepresentasikan sifat-sifat ketuhanan agama monoteisme tanpa menyebut nama "Tuhan" dan nama agama tertentu. Novel tersebut berjudul Semua Ikan di Langit karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie.
Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama ialah Bus Damri. Novel ini menceritakan tentang perjalanan Beliau dengan Bus dan sekumpulan ikan julung-julung yang berada di sekeliling Beliau, lalu datang kecoak perempuan bernama Nad yang ikut bergabung dalam perjalanan mereka. Mereka menjelajah antar dimensi. Penulis memulai cerita dengan pergi ke Kamar Paling Berantakan Sedunia, di sana, Beliau menyelamatkan kucing dari tempat yang buruk. Kemudian mereka pergi ke langit dan bertemu dengan beberapa tokoh seperti Anak yang Terlempar dari Ayunan dan beberapa pohon besar. Ada tiga pohon di langit yang menceritakan kepada Bus tentang Beliau di masa lalu, seperti kisah persahabatan antara Beliau dengan anak laki-laki lain yang dibakar oleh masyarakat karena mereka tidak percaya kepada kebesaran Beliau, lalu Beliau membantu anak laki-laki tersebut dari bahaya. Mereka juga pergi ke laut dan bertemu Si Jahanam yang menghancurkan dunia tetapi kemudian dunia diciptakan kembali oleh Beliau. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Nad tidak percaya segala kebesaran Beliau sehingga nad dihancurkan oleh Beliau. Sosok Beliau yang dimuliakan dan mampu menciptakan serta mengendalikan seluruh alam semesta menjadi sebuah kisah yang merepresentasikan sifat-sifat ketuhanan agama monoteisme.
Penulis menggunakan konsep representasi oleh Stuart hall dalam menganalisis masalah dan untuk memberikan kontribusi jawaban. Representasi adalah produksi konsep dalam pikiran melalui bahasa. Representasi berarti menghadirkan kembali suatu citra tertentu melalui teks salah satunya karya sastra dalam novel ini. Hall (16) menjelaskan dari Shorter Oxford English Dictionary bahwa representasi memiliki dua makna yang relevan:
     1.  Merepresentasikan sesuatu berarti untuk menggambarkannya, menyebutnya dalam pikiran dengan deskripsi atau penggambaran atau imajinasi; untuk menempatkan keserupaan itu di depan kita di dalam pikiran kita atau dalam indra.
  2. Merepresentasikan sesuatu juga berarti melambangkan, membela, menjadi spesimen, atau menggantikan.
Representasi sebagai mediator untuk menghubungkan antara masalah dengan konsep monoteisme. Penulis menggunakan konsep monoteisme berdasarkan perspektif Ibnu Arabi yang berpendapat bahwa Tuhan memanifestasikan seluruh alam semesta sebagai penampakan realitas untuk menunjukkan diri-Nya.
Monoteisme memberi tahu bahwa Tuhan adalah satu, sempurna, tidak berubah, pencipta seluruh alam semesta, mewajibkan pengabdian kepada satu entitas tertinggi. Singkatnya, monoteisme adalah kebalikan dari ateisme dan politeisme. Menurut konsep ini, Tuhan terlibat dan mendominasi dunia, Ia juga layak untuk disembah dan dihormati oleh semua makhluk (Arijal 105-106).
Ibnu Arabi tidak menolak politeisme, selama para penyembah patung-patung dan gambar-gambar sepenuhnya menyadari bahwa di balik bentuk-bentuk tuhan mereka, ada satu realita dan memandang bentuk-bentuk tersebut hanya sebagai manifestasi dari kenyataan ini sehingga memandang berhala buatan adalah kosong (Rofi'ie 9).
Dalam tiga agama monoteisme: Yahudi, Kristen dan Islam, mereka hampir memiliki sifat-sifat ketuhanan yang sama berdasarkan kitab mereka dan dimiliki oleh Beliau dalam novel ini, sebagai berikut:
Superior: Tuhan adalah satu-satunya sebagai figur yang superior dan mampu berdiri sendiri.
Pencipta: Tuhan mampu menciptakan seluruh alam semesta.
Penolong: Tuhan akan menolong siapapun yang mengikuti dan menyembah-Nya.
Hadir di mana-mana: Tuhan hadir di semua tempat sekaligus dan tidak memiliki awal, maupun akhir dan ada di luar konsep waktu manusia.
           Pendengar: Tuhan tahu segalanya karena Dia selalu mendengarkan dan tidak pernah salah dalam memahami siapapun.
Beliau sebagai salah satu karakter utama tidak lazim merepresentasikan sifat- sifat ketuhanan agama monoteisme. Tindakan-tindakan dari beberapa tokoh tidak lazim lainnya seperti Bus, ikan julung-julung dan Nad juga mendukung konsep monoteisme melalui bagaimana mereka menanggapi Beliau. Penelitian ini menunjukkan keberadaan Tuhan melalui Beliau yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.        Superior

Novel ini menggambarkan Beliau sebagai figur superior yang tidak membutuhkan siapapun sama sekali. Dalam novel, Beliau memiliki dominasi bahkan kehadirannya menunjukkan bahwa semua tokoh lain bergantung padanya. Karakteristik tersebut mirip dengan salah satu sifat ketuhanan agama monoteisme yang dapat berdiri sendiri. Byrne (25-122) menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan adalah satu-satunya sebagai figur yang superior dan absolut; dalam Kristen, Tuhan ada dengan sendirinya yang memiliki hidup di dalam diri-Nya dan tidak bergantung pada siapapun; dalam Islam, Tuhan secara unik diposisikan lebih tinggi daripada dewa atau orang lain dan tidak dapat dibandingkan dengan benda atau orang lain.
Bus yang selalu bersama Beliau sering merasa bingung tentang mengapa Beliau ingin ditemani Bus padahal Beliau mampu berdiri sendiri. Beliau mengundang Bus dan Nad dalam melintasi ruang dan waktu untuk memperkenalkan keajaiban- keajaibannya. Beliau memimpin beberapa tokoh lain untuk menggambarkan sedikit pemahaman mengenai alam semesta (Zezsyazeoviennazabrizkie 5). Sebelum bertemu dengan Beliau, Bus memiliki kemampuan membaca pikiran makhluk hidup jika mereka menginjak latar Bus. Tetapi Bus tidak bisa membaca pikiran Beliau karena ia selalu terbang setiap masuk ke dalam Bus. Beliau mampu melakukan apa saja termasuk terbang dalam setiap keadaan. Jadi, ketika Beliau ada di dalam Bus, Bus tidak bisa membaca pikiran Beliau.
Bus menyadari jika ia mampu membaca pikiran Beliau, Bus tidak akan pernah mampu menampung semuanya karena Beliau mengendalikan seluruh alam semesta. Otomatis, Bus akan membaca seluruh jagat raya jika ia dibiarkan membaca pikiran Beliau.
Selama perjalanan, Beliau menunjukkan kepada tokoh lain tentang beberapa hal mengenainya dan beberapa bagian kecil dari alam semesta. Namun, tokoh lain memiliki keterbatasan dalam menginterpretasikan Beliau. Beliau memang memiliki berbagai tujuan di setiap ciptaan, tetapi ia tidak menunjukkan seluruh tujuan kepada tokoh lain. Di sisi lain, Bus percaya bahwa Beliau ingin dipahami dengan cara lain. Beliau membiarkan tokoh lain menemukan identitasnya dan tujuan seluruh ciptaan sesuai dengan pemahaman masing-masing karakter.
Perspektif tokoh lain tentang Beliau juga dikendalikan oleh Beliau sendiri. Beliau memegang kekuasaan sehingga ia menetapkan bagaimana seharusnya setiap tokoh menjalani perannya. Beliau juga mampu mengendalikan tokoh lain dalam menafsirkan identitasnya. Kondisi ini membuat Beliau menjadi sosok superior dalam novel ini.
2.        Pencipta

Novel ini menggambarkan bagaimana Beliau sebagai satu-satunya yang mengatur alam semesta. Karakteristik tersebut mirip dengan salah satu sifat ketuhanan agama monoteisme yang mampu menciptakan. Dalam novel, Beliau memiliki otoritas untuk menciptakan segalanya. Byrne (25-122) menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan sebagai superior di alam semesta dan sebagai pemimpin duniawi dan surgawi sehingga segalanya digambarkan sebagai karya kreatif tangan-Nya; dalam Kristen, Tuhan memerintah atas segala sesuatu dengan kontrol mutlak; dalam Islam, Tuhan adalah satu-satunya pencipta dan telah menciptakan segalanya dari ketiadaan, bahkan di luar imajinasi manusia.
Beliau memiliki kemampuan untuk menciptakan segalanya. Ia suka menjahit sesuatu seperti boneka, lalu boneka itu dikirim ke anak-anak yang kesepian di malam hari dan boneka-boneka itu hidup untuk menyelamatkan anak-anak dari monster di bawah tempat tidur. Boneka-boneka hidup itu dibuat dengan kreasi yang tidak sempurna dan sempurna. Beliau juga mampu menciptakan galaksi yang terbuat dari permen di langit yang gelap. (Zezsyazeoviennazabrizkie 123).
Hampir setiap tokoh dalam novel seperti Bus, kecoak, pohon besar dan seluruh alam semesta diciptakan oleh Beliau. Kreasi itu dibuat dengan menjahit tangan dalam berbagai kualitas; tidak semua ciptaannya sempurna dan indah tetapi juga ada yang cacat, tidak sempurna atau bau. Kreasi yang sempurna dan tidak sempurna itu bertujuan untuk membuat mereka saling mengenal dan menghargai. Meskipun demikian, mereka masih memiliki fungsi untuk saling melengkapi satu sama lain.
3.      Penolong

Sifat ketuhanan agama monoteisme lain yang hadir dalam tokoh Beliau adalah penolong. Selama perjalanan, Beliau sering menunjukkan dirinya sebagai penolong terbaik untuk tokoh lain. Byrne (25-122) menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan sebagai pahlawan bagi siapa saja yang mengikuti dan memuja-Nya; dalam Kristen, Tuhan mengetahui sebelumnya yang telah mengenal dan mengasihi umat- Nya sejak kekekalan; dalam Islam, Tuhan menjawab doa dan pujian dari mereka yang mengikuti dan menyembah-Nya. Dalam novel menunjukkan bahwa Beliau selalu memperhatikan siapapun dan jika mereka memiliki pengalaman yang menyedihkan dan kemudian memanggilnya, Beliau akan selalu datang kepada mereka untuk membantu mereka.
Zezsyazeoviennazabrizkie menjabarkan beberapa hal pertolongan: Beliau pernah menolong Bastet (seekor kucing) untuk melarikan diri dari Kamar Paling berantakan di Seluruh Dunia ke tempat yang lebih baik (13-14); Selain itu, Beliau memperbaiki hati Shoshanna setelah perang di Jerman pada 1944 dan mengeluarkannya dari sana (46); Beliau juga membantu pria miskin yang mencintai wanita kaya raya dengan cara memberikan beberapa biji kepada pria tersebut untuk menyenangkan hati wanita tersebut hingga akhirnya mereka menikah (138-145); Beliau pernah membantu seorang anak lelaki saat dibakar dengan cara menyuruh api menjadi tidak panas, itu terjadi karena seorang anak lelaki berpendapat bahwa Beliau harus dicintai lebih dari apa pun tetapi orang-orang menentang pendapatnya (196-199).
Beliau membantu tokoh lain dengan beragam jenis. Ada tokoh yang langsung dibantu dan ada pula tokoh yang dites terlebih dahulu oleh Beliau sebelum mendapatkan bantuan. Dua jenis bantuan tersebut dilakukan agar bantuan sesuai dengan kebutuhan masing-masing setiap tokoh. Kondisi tersebut sering pula kita rasakan sebagai manusia yang mempertanyakan pertolongan dari Tuhan. Tuhan menggerakkan ciptaan-Nya untuk menolong ciptaan-Nya yang lain, sekaligus memberi tahu keberadaan Tuhan itu sendiri.
4.      Hadir di Mana-mana

Sifat ketuhanan agama monoteisme lainnya adalah Beliau hadir di mana- mana. Dalam novel, Beliau mampu melampaui konsep ruang dan waktu berdasarkan pemahaman manusia. Beliau mampu menuju masa lalu dan masa depan. Byrne (25-122) menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan adalah raja dunia dan surga selamanya; dalam Kristen, Tuhan ada di mana-mana yang tidak terbatas dan hadir di semua tempat sekaligus; dalam Islam, Tuhan adalah yang kekal yang tidak memiliki awal, tanpa akhir dan ada di luar konsep waktu manusia. 
Pernyataan bahwa Beliau ada di mana-mana ketika ia, Bus dan Nad melakukan perjalanan ke luar angkasa. Beliau membawa Bus dan Nad melintasi ruang dan waktu. Mereka pergi ke masa lalu, sekarang dan masa depan. Beliau memperkenalkan Bus dan Nad tentang kemampuannya menjelajahi waktu (Zezsyazeoviennazabrizkie 53).
Sifat ini mengingatkan kita pada kisah Muhammad dalam sejarah Islam yang mampu melintasi antar dimensi dalam perjalanan Isra Mikraj-nya dari bumi menuju langit ke tujuh untuk menemui Tuhan serta menjalankan perintah-Nya. Peristiwa tersebut yang juga dialami dalam novel ini menunjukkan keberadaan Tuhan melalui ciptaan pilihan-Nya, serta mengenalkan bagaimana makhluk hidup seharusnya menjalankan perannya di alam semesta ini.
5.      Pendengar

Sifat ketuhanan agama monoteistime yang terakhir adalah Beliau sebagai pendengar. Dalam novel, meskipun Beliau tidak berbicara dengan tokoh lain, Beliau mampu memahami semua kebutuhan tokoh lain. Byrne (25-122) menjelaskan dalam Yahudi bahwa Tuhan adalah penyelamat untuk membebaskan umat-Nya; dalam Kristen, Tuhan sebagai mahatahu yang mengetahui segala sesuatu; dalam Islam, Tuhan mengetahui segala sesuatu yang ada di alam manusia, segala sesuatu yang tersisa di luar pemahaman manusia dan segala sesuatu yang manusia coba sembunyikan.
Ketika Bus merasa khawatir tentang perasaan dan keajaiban Beliau, Beliau tahu itu dan kemudian menunjukkannya melalui tindakan. Beliau membawa Bus ke tempat menakjubkan di langit, lalu melukis gambar Bus yang dicat gula di angkasa luar. Akhirnya, Bus percaya bahwa Beliau mencintainya (Zezsyazeoviennazabrizkie 68). Beliau juga tidak pernah salah dalam memahami siapapun. Meskipun Beliau tidak pernah bicara, kemampuanya untuk memahami ciptaannya berada di luar kemampuan siapapun.
Seringkali kita merasa kurang dimengerti oleh lawan bicara dengan beragam argumen yang berakhir kekecewaan. Sementara yang kita ketahui, Tuhan tidak berbicara pada ciptaan-Nya namun Ia mampu mengurus kehidupan kita sesuai kebutuhan dengan disadari atau tidak. Sifat ini juga mengingatkan kembali kepada kita untuk percaya kepada Tuhan tunggal bahwa Ia mendengar segala harapan kita dan mencurahkan harapan tersebut dengan semestinya. Pemahaman ini juga menjadi salah satu dasar bahwa segalanya merupakan cerminan-Nya.
Pada akhirnya, kita semua juga merupakan manifestasi Tuhan dalam menunjukkan diri-Nya. Kita juga memiliki sifat-sifat ketuhanan yang secara alamiah dimiliki semua makhluk hidup seperti ada rasa kasih sayang, saling menolong dan memiliki rasa ingin memahami orang lain. Namun, tokoh Beliau yang memiliki sifat- sifat ketuhanan di luar manusia pada umumnya, Seperti dalam realita, Yesus (Isa) dan Muhammad memiliki kemampuan yang melampaui batas manusia, semakin menyakinkan keberadaan Tuhan yang tunggal dengan seluruh ciptaan-Nya.

Daftar Pustaka 

Arijal, Hasbi. “Problem Konsep Monoteisme dalam Agama-Agama Semit.” Jurnal Kalimah, vol. 13, no. 1, 2015, pp. 104-124.
Armstrong, Karen. A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam. New York: Ballantine Books, 1993.
Byrne, Máire. The Names of God in Judaism, Christianity, and Islam: A Basis for Interfaith Dialogue. London: Continuum International Publishing Group, 2011.
Hall, Stuart. Representation: Cultural Representations and Signifying Practices.
London: Routledge, 1997.

Noer, Kautsar Azhari. Tradisi Monoteistik. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.

Rofi’ie, Abd Halim. Wahdat al Wujud dalam Pemikiran Ibnu Arabi. Research Gate, 2 Feb.  2016,  www.researchgate.net/wahdat-al-wujud/ibnu-arabi/.  Accessed 7
May 2018.

Taqra, Muham. Beautiful Story of Prophet Jesus (Isa) and Virgin Mary (Maryam) in Islam. Bangkok: BooksMango, 2015.

Zezsyazeoviennazabrizkie, Ziggy. Semua Ikan di Langit. Jakarta: Grasindo, 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garin Nugroho Membasuh Pikiran Masyarakat

oleh Fena Basafiana             Bagi para pecinta film Indonesia, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok Garin Nugroho. Ia adalah sut...